Article Detail
TARAKANITA GELAR WEBINAR KESETARAAN GENDER
“RA.
Kartini memperjuangkan martabat kaum perempuan dan berkat perjuangannya, berdiri
banyak sekolah Wanita di tahun 1912,” papar Sr. Louisa. “Bunda Elisabeth juga
seorang perempuan sederhana yang membawa perubahan bagi kaum perempuan dan
generasi muda pada zamannya” lanjut Sr Louisa pada webinar dalam rangka Hari
Kartini, HUT Yayasan Tarakanita ke 70 dan HUT Kongregasi CB yang ke 185, Rabu
21/4/2022.
Webinar
dengan tema “Menjadi Generasi Pembaharu Masa Kini” kali ini menghadirkan
keynote speaker Sr. Louisa CB, M.Pd (Wakil Dewan Pimpinan Provinsi CB
Indonesia), Thomas Supriyadi (Pengurus Sekretariat Gender dan Pemberdayaan
Perempuan KWI), dan Stella Anjani, S.Psi, Alumni SMP Tarakanita 4 Jakarta yang saat
ini sedang menempuh pendidikan magister Kajian Gender Universitas Indonesia.
Webinar
diselenggarakan secara daring dan streaming di kanal youtube Sekolah Tarakanita.
Hadir sebagai peserta webinar kali ini peserta didik SMA-K Tarakanita Nasional.
Tampah hadir pula dalam webinar ini sejumlah Kepala Sekolah dan Pejabat
Struktural di lingkungan Yayasan Tarakanita.
Pada
paparannya Sr Louisa menyampaikan bahwa perjuangan RA Kartini dapat dirasakan
oleh kaum perempuan Indonesia hingga dapat menempuh pendidikan setara dengan
kaum pria, demikian juga dengan perjuangan Bunda Elisabeth Gruyters, masyarakat
dapat merasakan hasil perjuangannya khususnya bidang kesehatan, pastoral dan
pendidikan.
Sebagai
narasumber Thomas Supriyadi mengajak kita semua mempunyai untuk peran
dalam meningkatkan kesetaraan gender. Beliau juga mengajak kita untuk
bersama-sama memperbaiki dan meningkatkan kualitas kesetaraan dari lingkungan
kita terdekat yakni rumah, dan sekolah.
Sedangkan
Stella memaparkan bahwa berbicara mengenai kesetaraan gender artinya berbicara
pengalaman menjadi laki-laki dan perempuan. Bagaimana terjadi kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada penumpukan ‘beban’ pada satu gender
tertentu.
“Untuk menjadi pembaharu masa kini, kita harus berhati-hati dengan stigma yang dapat membatasi potensi. Misalnya, di daerah pinggiran masih terdapat situasi keluarga yang sering mengorbankan pendidikan pada anak perempuan dan lebih mengutamakan pendidikan anak laki-laki” Stella mengakhiri paparannya.
Frans Suyono
Kepala Sub Biro Humas Yayasan Tarakanita
-
there are no comments yet