Article Detail
Peneliti Muda Tarakanita dengan Briket Kulit Duriannya
YOGYAKARTA, Tarakanita: Jika biasanya kulit durian hanya dibuang begitu saja setelah buahnya habis dimakan, berbeda dengan yang dilakukan oleh seorang siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta yang mampu mengubah kulit durian menjadi energi alternatif. Inovasi ini bahkan mendapatkan medali emas dalam ajang sains internasional.
Adalah Melody Grace Natalie (17) yang mampu berinovasi dengan mengubah ampas kulit durian menjadi briket. Inovasi tersebut disampaikan dalam Asia Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) pada 2 September 2012 hingga Jumat 7 September 2012 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Berkat penelitiannya ini Grace meraih medali emas untuk kategori bidang lingkungan.Pada kesempatan yang sama, Grace juga berhasil menjadi peneliti perempuan terbaik dan memperoleh penghargaan poster paling menarik dalam konferensi penelitian ilmiah untuk para pelajar SMA se-Asia Pasifik dengan judul presentasi "Durio zibethinus Waste to Alternative Energy".
Dalam proses penelitiannya, Grace menyampaikan bahwa limbah durian mencapai hampir 80 persen dari keseluruhan buah itu. Setelah melalui pyrolisis atau dekomposisi termokimia dari material organik, kulit durian menjadi arang dan dibentuk briket. Setiap 1,5 kg kulit durian menghasilkan 675 gram briket. Kulit durian mengandung 39,3 persen karbon. Sebagai upaya agar proses pembakarannya lebih mudah, briket dapat dibentuk menjadi 90 bongkah dengan berat masing-masing 7,5 gram. Setelah dibakar selama empat menit, bara briket dapat bertahan selama hampir satu jam. Briket durian ini menghasilkan 6.805 kalori per gram.
Kualitas briket yang sama dengan arang batok kelapa ini perlu dikenalkan kepada masyarakat desa sehingga suatu saat bisa menjadi salah satu alternatif biofuel. Selain briket, penilitian itu juga menghasilkan asap cair (bioetanol) dari kulit durian sebanyak dua liter setelah melalui pyrolisis dan penyulingan.
Adalah Melody Grace Natalie (17) yang mampu berinovasi dengan mengubah ampas kulit durian menjadi briket. Inovasi tersebut disampaikan dalam Asia Pacific Conference of Young Scientists (APCYS) pada 2 September 2012 hingga Jumat 7 September 2012 di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Berkat penelitiannya ini Grace meraih medali emas untuk kategori bidang lingkungan.Pada kesempatan yang sama, Grace juga berhasil menjadi peneliti perempuan terbaik dan memperoleh penghargaan poster paling menarik dalam konferensi penelitian ilmiah untuk para pelajar SMA se-Asia Pasifik dengan judul presentasi "Durio zibethinus Waste to Alternative Energy".
Dalam proses penelitiannya, Grace menyampaikan bahwa limbah durian mencapai hampir 80 persen dari keseluruhan buah itu. Setelah melalui pyrolisis atau dekomposisi termokimia dari material organik, kulit durian menjadi arang dan dibentuk briket. Setiap 1,5 kg kulit durian menghasilkan 675 gram briket. Kulit durian mengandung 39,3 persen karbon. Sebagai upaya agar proses pembakarannya lebih mudah, briket dapat dibentuk menjadi 90 bongkah dengan berat masing-masing 7,5 gram. Setelah dibakar selama empat menit, bara briket dapat bertahan selama hampir satu jam. Briket durian ini menghasilkan 6.805 kalori per gram.
Kualitas briket yang sama dengan arang batok kelapa ini perlu dikenalkan kepada masyarakat desa sehingga suatu saat bisa menjadi salah satu alternatif biofuel. Selain briket, penilitian itu juga menghasilkan asap cair (bioetanol) dari kulit durian sebanyak dua liter setelah melalui pyrolisis dan penyulingan.
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment