Article Detail


Menggali Cinta Terhadap Bengkulu Melalui Keindahan Batik Besurek


Batik Besurek adalah salah satu bentuk seni budaya yang memiliki makna dan simbolisme kaya, berasal dari daerah Bengkulu. Sejak diperkenalkan pada masa abad ke-16 melalui pengaruh perdagangan dari Arab dan India, batik ini menjadi ikon yang mewakili identitas masyarakat Bengkulu. 

Masyarakat setempat menggunakan kain ini bukan hanya sebagai pakaian sehari-hari tetapi juga untuk ritual dan acara adat, sehingga memperlihatkan kebijaksanaan lokal serta sejarah daerah tersebut.

Menurut Wiyono (2021), Batik Besurek merupakan karya seni yang sangat khas dari Provinsi Bengkulu. Batik ini menggabungkan elemen kaligrafi Arab dengan motif-motif lokal. 

Kata “besurek” sendiri berasal dari “surek” yang berarti “surat” atau “tulisan”, yang menggambarkan motif batik yang penuh pesan budaya dan spiritual. Hal ini jelas mencerminkan identitas serta rasa bangga masyarakat Bengkulu terhadap budaya mereka.

Motif Batik Besurek mencakup kaligrafi Arab dan simbol-simbol penting, seperti bunga Rafflesia yang menjadi lambang khas Bengkulu. Flora dan fauna yang digunakan dalam desain tidak hanya memperindah kain tetapi juga menceritakan kekayaan alam daerah tersebut. Sebagai contoh, motif kaligrafi dan burung kuau mewakili semangat kebangkitan dan harapan.

Namun, keberadaan batik Besurek di kalangan remaja di Bengkulu menghadapi beberapa tantangan yang cukup besar. Tantangan utamanya adalah persaingan dengan batik modern dan batik cetak yang lebih murah serta lebih cepat. 

Proses pembuatan batik Besurek yang memerlukan keterampilan dan waktu yang lama membuat harganya lebih mahal, sehingga banyak remaja lebih memilih pilihan yang lebih terjangkau dan praktis.

Minat remaja untuk mempelajari seni membatik besurek cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kurangnya program pendidikan yang mendukung, serta minimnya penggunaan batik besurek dalam kegiatan sehari-hari yang relevan bagi generasi muda. Banyak yang menganggap pembelajaran membatik sebagai kegiatan yang tidak menarik. (Ranelis: 2016).

Kesadaran akan pentingnya melestarikan batik besurek sebagai warisan budaya masih rendah di kalangan remaja. Pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan keterampilan praktis dalam kurikulum sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan rasa memiliki generasi muda terhadap Batik Besurek. (Riyanti: 2022).

Siswa-siswi SMA Sint Carolus menunjukkan cinta mereka terhadap Bengkulu melalui karya Batik Besurek yang mereka buat sendiri. Melalui kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) dengan tema Kewirausahaan, siswa-siswi diajak untuk semakin sadar pentingnya melestarikan Batik Besurek sebagai bagian dari budaya bagi remaja. 

Fasilitator merancang kegiatan ini agar dapat menunjukkan bagaimana batik ini bisa menjadi alat dalam memperkuat identitas budaya dan meningkatkan rasa cinta serta kebanggaan siswa-siswi terhadap kota Bengkulu.

Kegiatan ini terbagi menjadi empat tahapan, yaitu: 1) Tahap Pengenalan, yaitu membangun kesadaran dan pengetahuan siswa tentang pentingnya berwirausaha, khususnya budidaya Batik Besurek; 2) Tahap Kontekstualisasi, yaitu memahami peluang serta tantangan dalam merencanakan usaha Batik Besurek.

3) Tahap Aksi, yaitu membuat produk berdasarkan ide yang telah dibuat, pada tahap ini siswa melakukan proses membuat Batik Besurek; 4) Tahap Refleksi dan Tindak Lanjut, yaitu proses evaluasi, pemikiran kembali, serta tindak lanjut terhadap proses yang telah dilakukan. 

Siswa diharapkan tidak hanya mampu mengembangkan jiwa wirausaha terkait Batik Besurek, tetapi juga mencintai dan peduli dalam melestarikan Batik Besurek sebagai bagian dari warisan budaya Bengkulu.

Proses pembuatan Batik Besurek mencerminkan dedikasi dan kedisiplinan. Siswa membuat pola batik pada kertas roti, kemudian dijiplak di kain. 

Langkah berikutnya adalah mencanting dengan memanaskan malam hingga mencair, lalu isi canting dengan malam yang sudah mencair dan diaplikasikan pada pola yang sudah digambar.

Proses ini harus dilakukan dengan cepat agar malam tidak mengeras sebelum selesai. Selanjutnya tahap pewarnaan, kain dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Dimulai dengan pewarnaan warna yang lebih terang, lalu lanjutkan dengan warna yang lebih gelap. 

Tahap berikutnya adalah tahap mengunci warna, kain yang sudah diberi warna kemudian dicelupkan ke cairan waterglass dan diangin-anginkan sampai kering, tujuan tahap ini agar warna tidak pudar. Tahap terakhir adalah melorot/penghilangan lilin, proses menghilangkan lilin yang menempel pada kain dilakukan dengan merendam kain dalam air mendidih. 

Ini menyebabkan malam meleleh dan terlepas dari kain Setiap tahap ini sangat detail dan membutuhkan kesabaran serta ketelitian. Mayoritas siswa mengikuti seluruh tahap dengan baik dan sangat antusias terhadap hasil karyanya.

Hasil dari kegiatan ini menunjukkan peningkatan minat siswa karena mereka secara langsung terlibat dalam pembuatan batik. Siswa kini tidak hanya mengenal Batik Besurek sebagai produk estetis, tetapi juga memahami dan menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Dengan demikian, mereka semakin mencintai dan terhubung dengan identitas serta sejarah mereka, serta mendukung para pengrajin lokal yang berusaha melestarikan tradisi ini. 

Dengan memahami lebih dalam tentang Batik Besurek dan berpartisipasi aktif dalam melestarikannya, siswa diharapkan dapat mengembangkan rasa cinta terhadap budaya mereka sendiri serta memperkuat identitas daerah menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan.

Merawat dan melestarikan Batik Besurek merupakan upaya penting dalam melestarikan kearifan lokal dan kebudayaan Bengkulu di tengah arus globalisasi.

Dengan setiap helaian kain yang dikerjakan, masyarakat Bengkulu tidak hanya melestarikan motif dan makna yang telah ada, tetapi juga meneruskan cinta dan identitas mereka kepada generasi mendatang. 

Batik Besurek adalah lebih dari sekadar kain, ia adalah simbol cinta, harapan, dan aspirasi masyarakat Bengkulu. 

Penulis : Yanita J. Murtiningsih ( Guru SMA Sint Carolus Tarakanita Bengkulu )


Sumber Referensi:

Okt Fiana & Etmi Hardi. 2024. Pengrajin Batik Besurek di Kota Bengkulu Tahun 1992-2020. Jurnal Inovasi dan Pengabdian kepada Masyarakat. Al-Dyas. p-ISSN: 2964-4992. Universitas Negeri Padang.

Ranelis, dkk. 2016. Seni Kerajinan Batik Besurek di Bengkulu. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni. ISSN: 1412-1662, Vol. 18, No. 1, hlm. 1-179. ISI Padangpanjang.

Riyanti, Dewi Eva. 2022. Eksplorasi pada Kain Besurek Provinsi Bengkulu (Kajian Etnomatematika). Bengkulu: UIN Fatmawati.

Wiyono, Edi. 2021. Kearifan Lokal Nusantara. Jakarta: Perpusnas Press.

https://dlh.bengkulukota.go.id/kebersihan-setelah-festifal-karnapal-batik-besurek-hut-kota-bengkulu-ke-304-tahun-2023/. Diakses: Selasa, 3 Desember 2024 pukul 11.00 WIB.

https://ikobengkulu.com/detail/2476/memikat-hati-batik-besurek-bengkulu-terbaru-dari-oase-gallery-di-brief-2024. Diakses: Selasa, 3 Desember 2024 pukul 14.22 WIB.

https://www.liputan6.com/regional/read/5725376/batik-besurek-simbol-identitas-dan-kehormatan-masyarakat-bengkulu. Diakses: Selasa, 3 Desember 2024 pukul 13.02 WIB.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment