Article Detail

Berbagi Pengalaman, Pengalaman Berbagi

“Weleh...weleh... hari gini tidak mandi?” tanyaku dalam hati penuh rasa heran... Saat itu juga si anak disuruh mandi oleh wali kelasnya... Aku meminta Pak Rudi membelikan celana dan kaos dalam di mini market dekat sekolah. Sedangkan seorang teman lain menyiapkan sabun mandi, sikat gigi dan pasta gigi. Setelah membersihkan diri, siswa tersebut masuk ke kelas lagi untuk belajar bersama-sama teman yang lainnya...”

“Hari Gini Gak Mandi?” merupakan satu dari dua puluh lima kisah riil dan nyata yang tertuang dalam buku ”Dalam Dekapan Dada Kangguru” yang diterbitkan oleh CB Media dalam rangka Perayaan Yubileum 175 Tahun Kongregasi CB dan 60 Tahun Yayasan Tarakanita. Bella, Mengapa Kau Tinggalkan Kami?, Puisimu Menohokku, Suster Minarak Lapindo Jaya CB, Dekapan Kangguru yang Menyembuhkan, Auf Yu Mama, Es Kolak Mbah Suro, Si Pitung dari Tarakanita, merupakan kisah-kisah lain yang juga menarik untuk dibaca dan direnungkan, selain kisah-kisah lain yang juga syarat makna.

Meminjam pengantar Arswendo Atmowiloto, buku kumpulan kisah ini “...menyentuh dan membalut kehidupan yang rapuh untuk menjadi utuh. Kisah tentang pergumulan sekaligus harapan, kisah menentukan sebuah pilihan sekaligus penyerahan... Kesemuanya merupakan kisah indah sekaligus gagah dan menggugah, dan lebih dari itu, bisa menjadi inspirasi bagi yang lain dalam disiplin dan karya yang berbeda atau sama” (hal.5-6).



dr. A. Tyasmono AP., Sp.PD dalam uraian bedah buku menyebut sebagai “true story”, kisah yang asli, riil, sekaligus mengharukan, penuh pilihan, dan di tengah-tengah situasi serba sulit Tuhan adalah jawaban penyerahan atas berbagai persoalan. Meski sifatnya yang individual dengan waktu, tempat, situasi dan kondisi yang berbeda, kisah-kisah ini sangat menarik untuk digali hikmah dan maknanya. Inilah inspirasi pelayanan, inspirasi empati dan semangat belarasa, serta inspirasi syukur atas anugerah kehidupan.

“Dalam skala besar, bagaimana bisa diubah menjadi begitu peduli sekaligus peka serta memihak kehidupan, serta merasakan atau merayakan keselamatan ini? Bagaimana dan bagaimana yang sama membuat rasa ingin tahu, apa yang mendorong para perawat, para pendidik, menerima pilihan yang mulia ini? Bagaimana Allah memilih mereka ini? Atau lebih sederhananya, bagaimana mereka mendengar panggilan mulia ini?” (hal.7-8), adalah pertanyaan-pertanyaan reflektif yang bisa saja memberikan kekuatan dan peneguhan bagi pelaksanaan karya dan pekerjaan kita.



Tulisan ini adalah kesaksian hidup, panggilan untuk “berbagi kehidupan” melalui kisah-kisah sentuhan kasih Allah dalam pengalaman konkrit. Inilah bentuk pewartaan khabar sukacita, inilah khabar baik, dan khabar baik itu tidak lain adalah kasih... seperti yang dialami sendiri oleh Bunda Elisabet, kasih Allah yang berbelarasa menjadi semangat dan spiritualitas pelayanan demi kemuliaan Allah dan pengabdian kepada sesama. SELAMAT MEMBACA...

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment