Article Detail
Jalan Salib SD Santo Yosef Tarakanita Surabaya: Menghayati Penderitaan Kristus di Masa Prapaskah
Dalam suasana penuh khidmat, SD Santo Yosef Tarakanita Surabaya mengadakan kegiatan Jalan Salib pada Jumat, 7 Maret 2025, di Aula Lantai 1.
Acara ini dihadiri oleh seluruh siswa, guru, dan staf sekolah, sebagai bagian dari tradisi Gereja Katolik untuk menghayati makna Prapaskah dan penghayatan pada penderitaan Kristus.
Kegiatan ini dimulai pada pukul 10.30 WIB dengan upacara pembukaan yang dipimpin oleh Ibu Pipit. Ibu Pipit mengajak seluruh peserta untuk memaknai Jalan Salib sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
“Jalan Salib adalah momen bagi kita untuk merenung dan mengingat pengorbanan terbesar yang dilakukan oleh Yesus Kristus untuk umat manusia. Mari kita hayati momen ini dengan penuh rasa syukur dan pengharapan,” ungkap Ibu Pipit di awal acara.
Setelah sambutan, prosesi Jalan Salib dimulai dengan langkah pertama yang penuh makna. Siswa-siswi yang didampingi oleh para guru berjalan dari satu pemberhentian ke pemberhentian lainnya, mengingatkan mereka akan perjalanan penderitaan Kristus menuju salib.
Kegiatan ini diatur dengan rapi dan disesuaikan dengan usia peserta, agar setiap siswa dapat menghayati setiap perhentian dengan penuh perasaan.
Di setiap pemberhentian, siswa kelas 6 yang bertugas membaca renungan yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Pada pemberhentian pertama, yang menggambarkan Yesus dijatuhi hukuman mati.
Siswa-siswa mendengarkan dan merenungkan Yesus yang tidak berdosa namun harus menerima penderitaan demi keselamatan umat manusia. Begitu pula di setiap pemberhentian berikutnya, refleksi mengenai setiap penderitaan Kristus dihayati dengan doa bersama.
“Bagi saya, Jalan Salib ini bukan hanya sekadar sebuah rangkaian acara. Ini adalah kesempatan untuk merenungkan dan merasakan bagaimana Yesus menderita demi manusia,” ujar Eme seorang siswa kelas 6.
Lebih lanjut kata Eme, setiap langkah dalam jalan salib ini seolah membawanya lebih dekat dengan Yesus. Eme kelihatan mengikuti seluruh prosesi dengan khidmat.
Sementara itu, dalam wawancara terpisah, Kepala Sekolah dari SD Santo Yosef, Bapak Antonius Gunarto menyampaikan harapannya tentang dampak dari kegiatan Jalan Salib ini.
“Kegiatan ini adalah bagian dari upaya sekolah untuk mendidik siswa-siswi tidak hanya dalam aspek akademis, tetapi juga dalam aspek moral dan spiritual. Jalan Salib adalah salah satu caranya,” ujar Bapak Anton.
Lanjut Pak Anton, jalan salib adalah salah satu cara untuk membantu anak-anak lebih memahami pengorbanan dan kasih Tuhan, serta bagaimana hal itu relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Beliau menambahkan bahwa kegiatan semacam ini juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih merenung, berpikir tentang makna hidup mereka, dan belajar menjadi pribadi yang penuh empati.
Sebagai seorang pendidik, Pak Anton merasa bangga melihat bagaimana anak-anak terlibat dengan penuh perasaan dalam kegiatan ini. Ia berharap ini dapat menjadi pengalaman yang mendalam bagi mereka.
“Pengalaman mendalam tersebut semoga bisa mereka bawa sepanjang hidup mereka. Harapannya, mereka tidak hanya cerdas dalam pengetahuan, tetapi juga bijaksana dan penuh kasih,” lanjut Bapak Antonius Gunarto.
Kegiatan Jalan Salib dijadwalkan setiap hari Jumat dalam masa prapaskah, diharapkan kegiatan Jalan Salib dapat membawa dampak jangka panjang bagi karakter dan kehidupan rohani siswa-siswi SD Santo Yosef Tarakanita.
“Jalan salib membuat kami lebih mengenal Kristus dalam kesederhanaan dan berbela rasa hidup sehari-hari. Semangat Prapaskah ini akan terus kami bawa dalam menjalani kehidupan di luar sekolah,” ujar Carolus, seorang siswa yang turut serta dalam acara ini.
Kegiatan Jalan Salib di SD Santo Yosef Tarakanita Surabaya ini menjadi salah satu bukti nyata komitmen sekolah dalam membentuk karakter siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tanggap dalam kehidupan spiritual.
Dengan penghayatan yang mendalam terhadap nilai-nilai kasih dan pengorbanan, diharapkan mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan peduli terhadap sesama.
Penulis: Ratih June
-
there are no comments yet