Article Detail
Pemantapan Desain Pembelajaran Berbasis Experiential Learning
Dalam rangka mempersiapkan dan memantabkan desain pembelajaran berbasis Experiential Learning, Yayasan Tarakanita mengadakan pembekalan dan workshop yang difasilitasi oleh Sr. Dr. Yustiana, CB., Selasa 29/10. Bertempat di aula Tarakanita Development Centre (TDC) Rawamangun, para peserta yang terdiri dari seluruh struktural Kantor Pusat bersama seluruh Kepala Divisi Pendidikan Kantor Wilayah diajak untuk memahami kembali hakikat pembelajaran berbasis Experiential Learning.
Sr. Marie Yose, CB selaku Ketua Pengurus Yayasan Tarakanita dalam sambutan pembukanya menekankan pentingnya upaya untuk terus-menerus memberikan roh pada setiap kegiatan dan aktivitas pendidikan, agar semangat dan spiritualitas Bunda Elisabeth tetap hidup, saling memberikan dukungan dalam mengembangkan Tarakanita ke depan.
Sr. Dr. Yustiana, CB mengawali sesi dengan mengutip falsafah Cina dari Confucius, “Apa yang saya dengar saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya lakukan saya paham” sebagai penekanan betapa pentingnya pengalaman dalam proses pembelajaran. Pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman, kombinasi pemahaman dan mentrasnformasikan pengalaman, perancangan dan pengembangan model pembelajaran seumur hidup (lifelong learning models). Pengalaman sebagai media belajar, melalui refleksi dan pemaknaan dari pengalaman langsung, dan fokus pada masing-masing individu.
Penerapan metode Experiential Learning sendiri selalu diawali dengan pengalaman langsung (mengajak peserta didik untuk mengalami berbagai peristiwa secara langsung), melakukan observasi dan eksperimen (menggali nilai-nilai yang direfleksikan), memeriksa ulang (konsep-konsep atau abstraksi yang dapat dipetik dari pengalaman), dan perencanaan tindakan (tahap mengimplementasikan konsep apa-melalui apa). Pendekatan Experiential Learning ini merupakan salah satu pendekatan metode belajar yang berpusatkan pada peserta didik melalui pengalaman sebagai sumber belajarnya. *ASK
Sr. Marie Yose, CB selaku Ketua Pengurus Yayasan Tarakanita dalam sambutan pembukanya menekankan pentingnya upaya untuk terus-menerus memberikan roh pada setiap kegiatan dan aktivitas pendidikan, agar semangat dan spiritualitas Bunda Elisabeth tetap hidup, saling memberikan dukungan dalam mengembangkan Tarakanita ke depan.
Sr. Dr. Yustiana, CB mengawali sesi dengan mengutip falsafah Cina dari Confucius, “Apa yang saya dengar saya lupa, yang saya lihat saya ingat, yang saya lakukan saya paham” sebagai penekanan betapa pentingnya pengalaman dalam proses pembelajaran. Pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman, kombinasi pemahaman dan mentrasnformasikan pengalaman, perancangan dan pengembangan model pembelajaran seumur hidup (lifelong learning models). Pengalaman sebagai media belajar, melalui refleksi dan pemaknaan dari pengalaman langsung, dan fokus pada masing-masing individu.
Penerapan metode Experiential Learning sendiri selalu diawali dengan pengalaman langsung (mengajak peserta didik untuk mengalami berbagai peristiwa secara langsung), melakukan observasi dan eksperimen (menggali nilai-nilai yang direfleksikan), memeriksa ulang (konsep-konsep atau abstraksi yang dapat dipetik dari pengalaman), dan perencanaan tindakan (tahap mengimplementasikan konsep apa-melalui apa). Pendekatan Experiential Learning ini merupakan salah satu pendekatan metode belajar yang berpusatkan pada peserta didik melalui pengalaman sebagai sumber belajarnya. *ASK
Comments
-
there are no comments yet
Leave a comment