Article Detail
YANG TERCATAT DARI FOCUS GROUP DSCUSSION KEHUMASAN-PEMASARAN SEKOLAH
Di Sesi II, peserta diajak untuk melihat bagaiamana pengelolaan sekolah beserta dengan pemasaran sekolah itu sendiri. Disadari atau tidak, issue pasar bebas dan Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) adalah keniscayaan dan mau tidak mau suka atau tidak suka Tarakanita akan terimbas dampak, bahkan mungkin juga menjadi pelalku dari dinaminka ekonomi dunia dan Asia tersebut. Konkrit dari kenyataan ini, telah hadir sekolah-sekolah baru terutama sekolah-sekolah asing, atau pura-pura nasional, tetapi tetep saja sekolah luar negeri. Dan tentu akan berpengaruh pada animo terhadap sekolah (terutama sekolah swasta). Kondisi seperti itu, menuntut Tarakanita lebih bijak, lebih taktis, dan lebih dan terutama inovatif.
Diskusi menjadi menarik ketika peserta diberi pertanyaan retorik oleh narasumber-Ronny Apung-, apakah target Anda benar-benar diukur? Apakah konsekuensinya jika target tidak terpenuhi? misalnya jumlah siswa? Animo? Beranikah Anda menentukan target yang tidak minimalis?konskeuensi apa yang diterima ketika target tidak tercapai? Dengan lugasnya praktisi pemasaran ini menyampaikan bahwa karyawan di perusahaannya akan mendapat konskuensi atas tidak tercapainya target dari tanggungjawabnya.
Lalu bagaimana cara kita (baca: Tarakanita) merebut kembali pasar yang makin lama lama makin berkurang? Ada beberapa hal: 1) Kita harus berani berubah. Bahwa pendekatan bisnis telah dipakai oleh sekolah-sekolah baru yang hadir saat dan menjadi kompetitor kuat.2) Merumuskan produk unggulan. Visi dan misi menjadi titik tolak dalam menentukan produk unggulan, dan benar- benar sampai pada para pelanggan. 3) Melakukan segmentasi pasar dan strategi promosi yang tepat. Sudahkah kita memetakan segmen pelanggan kita? Lebih baik memelihara kesetiaan pelanggan lama dibanding harus mencari pelanggan baru 4) Berani menetapkan target dan diukur. Kita harus berani menetapkan target pencapaian dan diukur. Untuk bisa mengukur adalah langsung terjun ke lapangan. Ada beberapa organisasi sibuk dengan konsep, konsep selesai disusun, diilepas tanpa pengawalan di lapangan. Dengan terjun langsung ke lapangan, pencapaian target akan terdorong. Hal seperti ini mutlak dilakukan oleh perusahaan koorporasi dengan unit-unit kerja banyak seperti Tarakanita. (ysm)
-
there are no comments yet